Berbagi Buku Setelah 40 Tahun Tak Bertemu

Saya tak bisa melukiskan suasana kehangatan malam itu. Tapi, saya merasakan kebahagian dan kedamaian di hati mereka.

Berbagi Buku Setelah 40 Tahun Tak Bertemu
Halal Bihalal dan temu kangen SMPN 10 Jakarta Pusat setelah 40 tahun.

MONDE - Saya datang terlambat. Sekitar satu jam 30 menit dari acara. Master of Ceremony (MC) menyambut dan menyebut nama saya. Satu per satu saya salami. Tapi, tak semua saya hafal wajah mereka.

Saya merasa sedikit gugup, tidak tahu apa yang akan terjadi setelah 40 tahun tidak bertemu. Sejak lulus SMPN 10 Jalan Sumur Batu, Jakarta Pusat.

Saat masuk ke ruangan Kafe Aunties Kitchen di Rukan Puri Mutiara, Sunter Agung, Jakarta, saya melihat banyak wajah yang sudah berubah.

Beberapa dari mereka sudah beruban. Tapi, tidak sedikit yang tampak masih segar. Tapi, mata mereka masih sama, mata yang penuh dengan kenangan dan cerita.

"Masih inget gw nggak," sapa MC yang belakangan saya baru tahu namanya Tri Budi.

Kami sering pulang bareng selepas sekolah. Kebetulan kami satu arah pulangnya. Sama-sama di wilayah Kampung Utan, Serdang, Jakarta Pusat.

Saya bingung ingin duduk dimana. Di sudut saya melihat seorang pria melambaikan tangan. Saya pun menghampiri pria bernama Deny Agustin, teman sekelas 1E.

Deni tak asing bagi saya. Ia pernah temani saya ketika liputan Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 lalu di Banda Aceh. Kebetulan Deni bekerja sebagai akuntan sebuah perusahaan sana.

Baru juga saya duduk, ustaz Edi Prihantono membaca doa untuk acara Halal Bi Halal dan Temu Kangen 2025. Semua hening. Kata demi kata yang dirangkai dalam doanya mengoyak ruang hati. Sadar bahwa diri ini berlumuran dosa. Rasanya tak kuat menahan air mata.

Sejurus kemudian Uztad Edi mengajak kami- dalam satu ruang itu- bersalaman. Saling memaafkan. Meski di antara kita ada yang baru pertama kali bertemu. Kami berbaris melingkar.

Saya melihatnya, teman sekelas dulu. Ia masih sama, dengan senyum yang lebar dan mata yang cerah. Kami berpelukan erat, tidak percaya bisa bertemu lagi setelah 40 tahun.

Kami berbicara tentang kenangan lama. Tentang guru-guru yang sudah pensiun. Tentang teman-teman yang sudah tidak ada lagi. Kami tertawa dan terharu, mengenang saat-saat indah dan pahit.

Reuni ini bukan hanya tentang bertemu teman-teman lama. Tapi tentang mengenang masa lalu dan menghargai persahabatan yang telah terjalin.

Saya merasa bersyukur bisa memiliki teman-teman seperti mereka, yang masih setia dan peduli setelah 40 tahun.

Pada acara bertajuk Halal Bihalal & Temu kangen, Minggu 4 Mei 2025 itu, saya berbagi sebuah buku. Judulnya: Dibuang Sayang.

Buku ini soal perjalanan liputan jurnalistik saya. Sesuatu yang tak pernah saya bayangkan. Saya mengulik cerita di balik berita liputan single dan multi event. Mulai dari SEA Games, Asian Games, Piala Eropa dan Piala Dunia.

Buku ini memang jauh dari sempurna. Tapi, setidaknya saya ingin berbagi pengalaman dan cerita yang mungkin bisa menginsiprasi anak-anak kita.

Tidak harus jadi jurnalis atau wartawan. Setidaknya apapun profesinya. Karena dalam buku itu, saya juga bercerita  budaya dan sosial di negara yang saya kunjungi. Pun bagaimana perjalanan hidup, hingga akhirnya bisa jadi seorang wartawan.

Lagu kemesraan yang dibawakan Iwan Fals, menutup rangkaian acara reuni yang penuh makna itu. Lagu ini menggambarkan persaan rindu dan kenangan indah saat berpisah dengan orang yang dicintai.

Liriknya menceritakan tentang waktu yang telah dihabiskan bersama yang tidak mudah dilupakan.

Saya tak bisa melukiskan suasana kehangatan malam itu. Tapi, saya merasakan kebahagian dan kedamaian di hati mereka. Insya Allah suatu hari kita akan bertemu lagi. Berbagi cerita dan pengalaman yang lebih seru.