Pilkaret Nilam 1-2: Pilih Sesuai Hati Nurani
Menurut bisik-bisik tetangga menjurus pada dua nominasi teratas - yang tinggal di sektor depan.
MONDE - Demokrasi tak boleh mati. Harus hidup dan tumbuh. Bukan cuma untuk kalangan elite di Senayan. Tapi juga untuk akar rumput (masyarakat).
Secara epistemologis, demokrasi terdiri dari dua kata. Berasal dari bahasa Yunani. Demos berarti rakyat atau penduduk suatu tempat. Satu kata lagi: cretein atau cratos. Berarti kekuasaan atau kedaulatan.
Singkatnya: Keputusan dari rakyat untuk rakyat. Mengutamakan persamaan hak dan kewajiban. Pun perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Seperti kata Abraham Lincoln. Demokrasi ialah pemerintah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Hari ini, di lingkungan Permata Depok Sektor Nilam 1-2, Kelurahan Pondok Jaya, demokrasi terus tumbuh. Pemilihan ketua RT (Pilkaret) periode 2025-2030 (baca: cek SK Lurah) dilakukan secara demokrasi. Terbuka apa adanya. Bebas tapi tidak bablas.
Segala perangkat demokrasi digagas. Mulai dari pembentukan panitia. Aturan main bakal calon (balon). Hingga metode pelaksanaan. Ada tiga tahapan. Menariknya aja door prize buat pemilih. Keren dah...! Pilkada mah lewat...
"Door prize banyak. Lebih dari 35 barang plus 9 voucher belanja....menariknya lagi ada 4 GRANDPRIZE," kata Sofian, salah satu panitia.
Semua digarap jauh sebelum hari H (5 Januari 2025). Tahap pertama digelar pada Sabtu, 14 Desember 2024. Tiap warga memilih wakilnya (calon RT) di blok masing-masing dan satu pilihan untuk blok lain.
Ketua Panitia Pilkaret Ramadano Faraytodi mengatakan sebanyak 151 warga telah menentukan pilihan lewat google form.
Dari jumlah tersebut Lantif Yulianto mengantongi 26 suara. Kemudian diikuti Setiadi Hidayat 21 suara, dan Riswan Hariyanto di tempat ketiga dengan 20 suara.
Ikhwan Suryadin Nasution dan Obar Suryana sama-sama mendapat 18 suara. Sedangkan Sopan Dinat (14), Budi Pribadi, Ponijan, dan Sutanto (11). Dua kandidat terakhir yang lolos adalah Ngatijo dan Yuli Priyadi dengan 10 suara.
"Dari 302 suara warga yang masuk, kami seleksi menjadi 10 besar peraih suara terbanyak," kata Ramadano.
Penjaringan berikutnya dilakukan Minggu (15/12) untuk menentukan tiga besar. Hasilnya: terjadi perbahan drastis. Mantan Lurah Pondok Cina, Ikhwan berada di posisi pertama. Kemudian diikuti Lantif, Setiadi.
Pergerakan "kapolda" yang militan, menggeser Riswan ke urutan keempat, dengan raihan sama dengan Sutanto (12 suara).
Kelima orang-orang hebat ini akan dipilih warga pada Minggu (5/1). Siapa yang layak jadi RT 005/007?
Menurut bisik-bisik tetangga menjurus pada dua nominasi teratas - yang tinggal di sektor depan. Yang pertama mantan lurah dan kedua pengusaha 'palugada'.
Di satu sisi, tiga kandidat lainnya juga tak kalah kencang: Setiadi, Riswan dan Sutanto. Ketiganya cukup humble di lingkungan. Setiadi yang murah senyum, jago urusan IT, sedangkan Riswan pensiunan free port yang supel dalam bergaul.
Sementara itu, Sutanto, selama ini tak banyak suara. Tapi, dedikasinya untuk lingkungan tak diragukan. Polisi aktif ini sangat dikenal karena pengabdiannya. Bukan hanya untuk negara tapi juga warga yang membutuhkannya.
Pergerakan 'di bawah tanah' memang sulit ditebak. Bisa mengubah segalanya. Tergantung politik 'mie aceh' atau 'hanamasa' yang diyakini warga Nilam 1-2 berpengaruh cukup besar. Beranda untuk kalah (menghindar) bukan untuk menang seperti Pilkada.
"Saya siap menyesaikannya di dua tempat istimewa tersebut," kata Riswan yang jadi idola emak-emak.
Sosok yang satu ini emang serbabisa. Doyan guyon dan gemoy. Tidak boleh dengar musik, karena pasti akan bergoyang.
Namun, Setiadi dari poros tengah tampaknya tak mau ketinggalan. Mesin politik 'ubur-ubur' yang digerakan timsesnya bisa membius warga.
Dia dinilai mumpuni. Pria berkacamata ini sangat cerdas dan melek teknologi. Tak kalah penting, ia figur yang tak memiliki sekat dengan siapa pun. Mudah bergaul. Tidak kaku seperti kayu.
"Dia tipkial pemimpin yang ideal dan juga idola emak-emak karena senyumnya yang menawan," kata Doddy Firmansyah seorang warga Nilam 1-2.
Tulisan ini tidak bermaksud menggiring opini publik. Tapi, sekadar untuk 'ancer-ancer' siapa yang pantas memimpin Nilam 1-2 menurut Anda?
"Tak kenal maka tak sayang. Tak sayang, maka tak dicoblos. Kita harus memilih yang kita kenal," imbuh panitia yang tak henti mengingatkan untuk datang ke TPS pada Minggu 5 Januari 2025.
Silakan Anda renungkan, masih ada sisa waktu 15 jam dari sekarang. Demokrasi tak boleh mati. Pilihlah sesuai hati nurani.