Algoritma Media Sosial: Membantu atau Mempengaruhi Opini?

Seiring berjalannya waktu, algoritma media sosial terus berkembang dan semakin kuat dalam mengarahkan pengguna.

Algoritma Media Sosial: Membantu atau Mempengaruhi Opini?
Ilustrasi

Oleh Ayshea Marvella Pasha *)

Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Platform seperti TikTok, Instagram, X, dan YouTube digunakan oleh jutaan orang untuk terhubung, berbagi informasi, serta mencari hiburan.

Setiap interaksi di dalam platform tersebut menghasilkan data yang diproses oleh algoritma untuk menyajikan konten relevan sesuai minat pengguna. Namun, dibalik kenyamanan yang ditawarkan, algoritma media sosial menyimpan potensi dampak yang lebih luas, seperti polarisasi sosial dan pembatasan pandangan pengguna dengan hanya memperlihatkan konten yang relevan, tanpa memberikan ruang untuk perspektif yang lebih luas atau berbeda.

Hal ini juga bisa menimbulkan pertanyaan: Sejauh mana algoritma ini benar-benar membantu pengguna dalam menemukan informasi yang lebih bermanfaat dan mendorong pemikiran kritis, atau justru secara tidak langsung mempengaruhi dan membentuk opini para pengguna?

Seiring berjalannya waktu, algoritma media sosial terus berkembang dan semakin kuat dalam mengarahkan pengguna. Di satu sisi, algoritma mempermudah akses terhadap informasi yang relevan dengan menyajikan konten berdasarkan minat dan preferensi individu. Misalnya, pengguna yang sering menonton video tentang kesehatan atau teknologi akan lebih sering disuguhi konten serupa, yang mempersingkat waktu pencarian informasi.

Dengan pendekatan ini, algoritma mendukung efisiensi dan kenyamanan pengguna dalam mengakses informasi yang sesuai dengan kebutuhannya.

Algoritma media sosial dirancang untuk menyajikan konten yang sesuai dengan minat dan preferensi pengguna.

Setiap interaksi di platform media sosial memberikan data yang menjadi dasar bagi algoritma untuk memperlihatkan konten yang lebih relevan. Misalnya, jika pengguna sering menonton video tentang kesehatan atau teknologi, algoritma akan terus menunjukkan konten yang berhubungan dengan topik tersebut. Hal ini tentu memberi kemudahan bagi para pengguna untuk menemukan informasi yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau diminati.

Di sisi lain, algoritma media sosial juga meningkatkan pengalaman pengguna dengan menyajikan konten yang lebih personal. Sebagai contoh, algoritma di platform seperti YouTube akan menampilkan video-video yang relevan dengan apa yang telah ditonton sebelumnya, sehingga para pengguna bisa menikmati lebih banyak konten yang disukai.

Dengan demikian, algoritma memberikan kemudahan dalam mengakses informasi yang lebih sesuai dengan minat dan membuat pengalaman berselancar di media sosial menjadi lebih efisien.

Meskipun algoritma dirancang untuk memudahkan pengguna dalam menemukan konten, ada sisi gelap yang patut diperhatikan. Salah satu masalah terbesar adalah ketidaktransparanan dalam cara kerja algoritma media sosial.

Banyak platform media sosial tidak menjelaskan bagaimana data diproses. Hal ini sering kali membuat pengguna tidak menyadari bahwa mereka hanya terpapar pandangan serupa. Akibatnya, algoritma bisa menciptakan batasan terhadap sudut pandang pengguna. Sebagai contoh, pengguna yang cenderung mencari informasi politik tertentu akan terus disuguhi konten yang mendukung pandangannya, tanpa mendapatkan perspektif lain yang berbeda.

Hal ini akan memperburuk bias yang ada, memperkuat pandangan sepihak, dan akhirnya mempengaruhi persepsi terhadap isu tertentu. Pengguna menjadi lebih terperangkap dalam pandangan yang sempit dan semakin sulit untuk menerima ide atau informasi yang bertentangan dengan keyakinan pengguna.

Lebih jauh lagi, algoritma media sosial juga bisa memperburuk polarisasi sosial. Ketika informasi yang sangat spesifik dan sesuai dengan pandangan pengguna disajikan secara terus-menerus, pengguna akan cenderung merasa lebih terhubung dengan kelompok atau komunitas yang memiliki pandangan serupa. Hal ini menyebabkan kesenjangan informasi antara kelompok yang berbeda dan mengarah pada perpecahan sosial. Polarisasi opini ini tidak hanya terbatas pada topik politik, tetapi juga dapat mempengaruhi berbagai isu penting lainnya, seperti perubahan iklim, vaksinasi, atau kebijakan sosial.

Algoritma media sosial memberikan berbagai manfaat, dengan potensi risiko yang tidak dapat diabaikan pula. Oleh karena itu, penting untuk mengambil langkah bijak, memperdalam pemahaman mengenai cara kerja algoritma, serta mendorong transparansi dan pengawasan yang lebih ketat agar teknologi ini dapat dimanfaatkan dengan cara yang positif dan bertanggung jawab.

Salah satu langkah pentingnya adalah meningkatkan kesadaran dan pemahaman pengguna terhadap cara kerja algoritma media sosial agar mereka bisa lebih selektif dalam memilih dan menerima informasi yang disajikan. Dengan pemahaman yang lebih baik, pengguna dapat lebih kritis dalam menerima informasi yang diterima dan lebih selektif dalam memilih konten yang dikonsumsi.

Selain itu, edukasi dan literasi digital perlu ditingkatkan di kalangan masyarakat, terutama bagi generasi muda yang lebih aktif menggunakan media sosial. Program pendidikan yang menjelaskan cara algoritma bekerja, serta dampaknya terhadap opini dan perilaku, harus diprioritaskan. Berbagai macam platform, seperti Tiktok, Instagram, dan YouTube seharusnya lebih terbuka mengenai bagaimana algoritmanya bekerja dan bagaimana data pengguna diproses.

Pengguna berhak mengetahui bagaimana preferensi tersebut dipertimbangkan dalam menentukan konten yang akan muncul. Diperlukan juga pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah serta regulasi untuk memastikan bahwa algoritma media sosial tidak hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu, tetapi juga mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat secara keseluruhan dan mencegah penyalahgunaan teknologi yang dapat merugikan banyak orang.

Algoritma media sosial memang memiliki potensi besar untuk membantu menemukan informasi yang lebih relevan dan bermanfaat. Namun, tanpa kesadaran dan pengawasan yang tepat, algoritma juga dapat memperburuk bias dan memperkuat polarisasi sosial.

Oleh karena itu, penting bagi para pengguna untuk memahami bagaimana algoritma bekerja, meningkatkan literasi digital, dan mendorong transparansi dari platform media sosial agar bisa memanfaatkan teknologi dengan bijak dan bertanggung jawab.

Dengan meningkatnya pemahaman tentang algoritma dan dampaknya, diharapkan algoritma media sosial bisa digunakan secara lebih bijaksana, mendukung kehidupan digital yang lebih sehat tanpa menimbulkan dampak buruk.

*) Penulis adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang, PS Informatika